Hai
sahabat, tak perlu angkuh !
Siapalah kita untuk angkuh terhadap
nasihat yang diberikan oleh ibubapa, guru, sahabat atau yang lebih muda dari
kita. Nasihat adalah untuk kebaikan. Atau siapalah kita untuk menolak nasihat
(panduan, peraturan dan larangan) yang diberikan dalam Al Quran dan Hadis
Rasulullah saw.
Sedarlah siapa diri kita, dari
sperma menjadi janin, di tiup roh yang telah mengakui Allah adalah Tuhan
seluruh Alam, dilahirkan, dibesarkan menjadi dewasa, tiba-tiba dengan angkuh
tidak mahu mendengar nasihat kebaikan, dan memberi jawapan “saya tahu apa yang
saya lakukan”. Padahal yang dilakukan adalah maksiat kepada Allah SWT.
hanya yang terbaik dikalangan terbaik yang berjaya
Kalau tak gugur Alhamdulillah
Bila lahir bapa yang masih banyak gigi kena azan kan bukan datuk yang dah tak ada gigi, (bolehke ambil upa azankan bayi baru lahir ?)
Yang ni kena belah perut baru mau keluar (keluar ikut tingkap)
Penjelasan Hadits Arbain Imam An Nawawi Keempat: Amalan
Tergantung dari Akhirnya
Juni 20, 2009
oleh Wira Mandiri
Bachrun
عَنْ أَبِي
عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ :
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً
نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ
ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ،
وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ
وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا [رواه
البخاري ومسلم]
Dari Abi
Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud radiallahu’anhu, beliau berkata: Kami diberitahu
oleh Rasulullah dan beliau adalah orang yang juur lagi terpercaya – Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya
telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya
selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal
darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula,
kemudian Allah mengutus kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya,
lalu malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk menulis
rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya (setelah mati) apakah dia celaka
atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia.
Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli
surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia
didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli
neraka, sehingga dia memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian
benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya
dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya,
sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya. (HR
Bukhari dan Muslim. Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Bid’ul
Khalqi/3208/Fath]. Muslim di dalam [Al Qadar/2463/Abdul Baqi]).
Penjelasan:
Ini adalah
hadits ke-4 dari hadits Arba’in Nawawi. Dalam hadits ini terdapat penjelasan
tentang proses penciptaan manusia di dalam perut ibunya, dan penulisan ajal,
rejeki, dan lain-lainnya. Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah bercerita kepada kami dan beliau adalah orang yang
jujur lagi terpercaya, yakni jujur dalam ucapannya, terpercaya dalam
menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya. Abdullah bin Mas’ud
memberikan pendahuluan seperti ini, karena perkara ini adalah di antara perkara
ghaib yang tidak dapat diketahui kecuali dengan perantaraan wahyu. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian
disempurnakan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari. . . . dan
seterusnya.”
Hadits ini
mengandung beberapa faedah:
1. Penjelasan
tentang proses penciptaan manusia di dalam perut ibunya. Dan ia mengalami empat
periodisasi. [Yang pertama] Periode Nuthfah (dalam bentuk sperma) selama empat
puluh hari. [Kedua] Periode ‘Alaqah (gumpalan darah) selama empat puluh hari.
[Ketiga] Periode Mudghoh (gumpalan daging) selama 40 hari. [Keempat] Periode
terakhir, adalah setelah ditiupnya ruh ke dalam tubuh janin. Janin mengalami proses
perkembangan dalam perut ibunya dalam tahap perkembangan seperti ini.
2. Sebelum
berumur empat bulan, janin belum dapat dihukumi sebagai manusia yang hidup.
Atas dasar ini, jika bayi itu keluar sebelum kandungan itu genap berumur empat
bulan, maka ia tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak pula dishalatkan,
karena ia belum dapat disebut seorang manusia.
3. Setelah
kandungan berusia empat bulan, ditiupkan ruh padanya. Maka (setelah itu), ia
telah positif dihukumi sebagai manusia yang hidup. Jadi, jika setelah itu
–kandungan itu keluar- maka ia dimandikan, dikafani, dan dishalatkan.
Sebagaimana jika janin itu telah genap berusia sembilan bulan.
4. Adanya
malaikat yang diberi tugas untuk mengurusi rahim (kandungan). Berdasarkan sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Maka diutuslah malaikat kepadanya.” Yakni
malaikat yang diberi tugas untuk mengurusi rahim.
5. Keadaan
manusia telah ditakdirkan ketika ia berada di dalam perut ibunya, yakni telah
ditakdirkan rizqinya, amalannya, ajalnya, dan apakah dia celaka ataukah
bahagia.
6. Penjelasan
tentang hikmah Allah, bahwa segala sesuatu di sisinya (ditetapkan) dengan batas
waktu tertentu dengan takdir; tidak dapat didahulukan dan diakhirkan.
7. Setiap orang
wajib merasa takut dan cemas karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
telah mengabarkan, “Bahwa seseorang beramal dengan amalan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga hanya sehasta, lalu ia didahului oleh kitab
(takdir), sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga ia memasukinya.”
8. Seorang
manusia tidak sepantasnya berputus asa, karena bisa jadi seseorang melakukan
kemaksiatan dalam waktu yang lama kemudian Allah memberikan hidayah kepadanya,
sehingga ia bisa mendapatkan petunjuk di akhir hayatnya.
Jika ada orang
yang bertanya: Sesungguhnya Allah membiarkan orang yang telah beramal dengan
amalan ahli surga, sampai jarak antara dirinya dengan surga hanya sehasta, lalu
ia didahului oleh catatan takdir, sehingga ia beramal dengan amalan ahli
neraka, apakah hikmah di balik itu?
Jawab:
Sesungguhnya hikmah dalam hal itu adalah orang yang beramal dengan amalan ahli
surga ini [1], dia beramal dengan amalan surga dalam hal-hal yang nampak di
hadapan manusia, akan tetapi pada hakekatnya ia memiliki maksud yang busuk dan
niatan yang rusak. Lalu niatan yang rusak itu mendominasi dirinya, sehingga ia
meninggal dalam keadaan su’ul khatimah (kesudahan yang jelek). Kita berlindung
kepada Allah dari hal itu. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sabda
beliau:”Hingga jarak antara dia dan surga hanya sejengkal”, yakni kedekatan
ajalnya, bukan kedekatannya pada surga dengan amalannya.
Catatan kaki:
[1]. Saya
mengatakan: telah ada hadits yang menerangkan akan hal itu. Telah dikeluarkan
oleh Al Bukhari di dalam (Al Jihad/2898/Fath). Muslim di dalam (Al
Iman/112/Abdul Baqi).
(Dinukil untuk
Blog Ulama Sunnah dari Syarah Arbain An Nawawiyah oleh Asy Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, penerjemah Abu Abdillah Salim, Penerbit
Pustaka Ar Rayyan. Silakan dicopy dengan mencantumkan URL http: //ulamasunnah.wordpress.com)
No comments:
Post a Comment